27 Januari 2008

Yaa..Allah tetapkan hatiku atas agama-Mu

Sungguh hidup ini senantiasa berada dalam pergiliran. Tidak semua hal dalam keadaan statis tanpa gerak. Perhatikan saja gugusan awan di langit. Pasti hari ini, kemarin juga besok akan berbeda. Cuaca pun juga begitu. Tidak selamanya panas terik mentari akan menyengat kulit lembut kita. Terkadang hujan turun dengan lebat membasahi bumi.

Dalam masalah keimananpun terkadang manusia mengalami suasana pasang juga surut. Terkadang mampu istiqomah dalam ibadah pada satu waktu, namun hanyut dalam lalai pada kesempatan yang lain. Sesungguhnya hati manusia bagaikan mentari. Terkadang sinarnya terang tanpa sekat menyinari bumi. Terkadang pula tak sempurna sinarnya karena terselimuti oleh awan gelap yang melintas.

Allah SWT-lah yang maha menggenggam setiap hati dari hamba-hamba-Nya. Dia-lah yang berkuasa membolak-balikkan hati manusia. Kita hanyalah manusia yang dho’if (lemah). Terkadang mudah terbawa suasana dan goyah pendirian. Terkadang tidak berpuas diri dengan apa yang ada dihadapan dan masih saja menoleh milik orang lain.

Sudah saatnya kita senantiasa menyadari, bahwa kita adalah makhluk Allah SWT yang harus ridho dengan segala ketentuan yang menghampiri. Kesombongan bukanlah pakaian kita. Dan sungguh, tiada daya upaya selain atas izin Allah SWT. Terkadang, sesuatu yang tidak kita harapkan datang menghampiri, sedangkan sesuatu yang kita harapkan malah tidak menghampiri kita sama sekali.

Lagi-lagi kita tak akan berada dalam satu keadaan yang sama setiap harinya. Hari ini kita bisa tertawa gembira, di lain waktu kita bisa saja bersedih dan menangis haru. Sungguh, setiap diri harus senantiasa bersiap sedia atas banyak cobaan yang datang menghampiri kehidupan. Karena keimanan bukanlah sekedar pengakuan. Dan pasti membutuhkan ujian nyata ketahanan.

Tiada hal lain yang kita pinta selain kekuatan dan keistiqomahan dari Allah SWT dalam menghadapi ujian apapun yang akan menghampiri kita dalam kehidupan ini.

Ya Allah yang maha membolak-balikkan hati…
Tetapkanlah hati kami atas agama-Mu dan dalam ketaatan kepada-Mu…

14 Januari 2008

Yaa...Allah jadikan hati ku Ikhlas

Ketika sedang melaksanakan amal soleh di hadapan orang kita berharap agar perbuatan itu bisa menjadi media dakwah atau ajakan untuk orang namun terlintas pula di hati keinginan untuk dipuji maupun riya, betapa sulitnya melakukan amal dengan hati yang betu betul ikhlas.

Dibawah ini adalah kisah yang diriwayatkan oleh Sayidina Muaz bin Jabal ketika berdialog dengan Rasulullah SAW. Dipetik dari kitab besar tasawuf “Pendidikan Rapat dengan Rohaniah Manusia” ( bahasa Melayu ) yang ditulis oleh Abuya Syeikh Imam Ashaari Muhammad At Tamimi.

Rasulullah SAW bersabda: “Puji syukur ke hadrat Allah SWT yang menghendaki agar makhluk-Nya menurut kehendak-Nya. Wahai Muaz!”

Jawabku: “Ya Saiyidil Mursalin.”

Sabda Rasulullah SAW: “Sekarang aku akan menceritakan kepadamu, bahwa apabila dihafalkan (diambil perhatian) olehmu akan berguna tetapi kalau dilupakan (tidak dipedulikan)olehmu maka kamu tidak akan mempunyai hujah di hadapan Allah kelak.

Hai Muaz, Allah itu menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Setiap langit ada seorang malaikat yang menjaga pintu langit dan tiap-tiap pintu langit dijaga oleh malaikat penjaga pintu menurut kadarnyapintu dan keagungannya. Malaikat yang memelihara amalan si hamba akan naik ke langit membawa amalan itu ke langit pertama.

Penjaga akan berkata kepada malaikat Hafazah: ‘Saya penjaga tukang umpat. Lemparkan balik amalan ini ke muka pemiliknya karena saya diperintahkan untuk tidak menerima amalan tukang umpat.’

Esoknya naik lagi malaikat Hafazah membawa amalan si hamba. Di langit kedua penjaga pintunya berkata: ‘Lemparkan balik amalan ini ke muka pemiliknya sebab dia beramal karena mengharapkan keduniaan. Allah memerintahkan supaya ditahan amalan ini jangan sampai lepas ke langit yang lain.’

Kemudian naik lagi malaikat Hafazah ke langit ketiga membawa amalan yang sungguh indah. Penjaga langit berkata:‘Lemparkan balik amalan ini ke muka pemiliknya karena dia
seorang yang sombong’.”

Rasulullah SAW meneruskan sabdanya: “Berikutnya malaikat Hafazah membawa lagi amalan si hamba ke langit keempat.Lalu penjaga langit itu berkata: ‘Lemparkan balik amalan ini ke muka empunyanya. Dia seorang yang ujub. Allah memerintahkan aku menahan amalan yang ujub.’

Seterusnya amalan si hamba yang lulus di langit kelima dalam keadaan bercahaya-cahaya dengan jihad, haji, umrah dan lain-lain tetapi di pintu langit kelima penjaganya berkata: ‘Ini adalah amalan tukang hasad. Dia sangat benci pada nikmat yang Allah berikan pada hamba-Nya yang lain. Dia tidak redha dengan kehendak Allah. Sebab itu Allah perintahkan amalannya dilemparkan balik ke mukanya. Allah tidak terima amalan pendengki dan hasad.’

Di langit keenam, penjaga pintu akan berkata: ‘Saya penjaga rahmat. Saya diperintahkan untuk melemparkan balik amalan yang indah ini ke muka pemiliknya karena dia tidak pernah mengasihi orang lain. Kalau orang mendapat musibah dia merasa senang. Sebab itu amalan ini jangan melintasi langit ini.’

Malaikat Hafazah naik lagi membawa amalan si hamba yang lepas hingga langit ketujuh. Rupa cahayanya bagaikankilat dan suaranya bergemuruh. Di antara amalan itu ialah sembahyang, puasa, sedekah, jihad, warak dan lain-lain lagi.Tetapi penjaga pintu langit berkata: ‘Saya ini penjaga sum’ah (ingin masyhur). Sesungguhnya si pengamal ini ingin masyhur dalam kumpulan-kumpulan dan selalu ingin tinggi di saat berkumpul dengan kawan-kawan yang sebaya dan ingin mendapat pengaruh dari para pemimpin. Allah memerintahkan padaku agar amalan ini jangan melintasiku. Tiap-tiap amalan yang tidak bersih karena Allah maka i tulah riya’. Allah tidak akan menerima dan mengkabulkan orang-orang yang riya’.’

Kemudian malaikat Hafazah itu naik lagi dengan membawa amal hamba yakni sembahyang, puasa, zakat, haji, umrah,akhlak yang baik dan pendiam, zikir pada Allah, diiringi malaikat ke langit ketujuh hingga sampai melintasi hijab-hijab dan sampailah ke hadrat Allah SWT. Semua malaikat berdiri di hadapan Allah dan semua menyaksikan amalan itu sebagai amalan soleh yang betul-betul ikhlas untuk Allah.

Tetapi firman Tuhan: ‘Hafazah sekalian, pencatat amal hamba-Ku, Aku adalah pengintip hatinya dan Aku lebih mengetahui apa yang dimaksudkan oleh hamba-Ku ini dengan amalannya. Dia tidak ikhlas pada-Ku dengan amalannya. Dia menipu orang lain, menipu kamu (malaikat Hafazah) tetapi

tidak boleh menipu Aku. Aku adalah Maha Mengetahui. Aku melihat segala isi hati dan tidak akan terlindung bagi-Ku apasaja yang terlindung. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah terjadi adalah sama dengan pengetahuan-Ku atas apa yang bakal terjadi. Pengetahuan-Ku atas orang yang terdahulu adalah sama dengan pengetahuan-Ku atas orang-orang yang datang kemudian. Kalau begitu bagaimana hamba-Ku ini menipu Aku dengan amalannya? Laknat-Ku tetap padanya.’

Dan ketujuh-tujuh malaikat beserta 3000 malaikat yang mengiringinya pun berkata: ‘Ya Tuhan, dengan demikian tetaplah laknat-Mu dan laknat kami sekalian bagi mereka.’ Dan semua yang di langit turut berkata: ‘Tetaplah laknat Allah kepadanya dan laknat orang yang melaknat’.”

Sayidina Muaz kemudian menangis terisak-isak dan berkata: “Ya Rasulullah, bagaimana aku dapat selamat dari apa yang diceritakan ini?”

Sabda Rasulullah SAW: “Hai Muaz, ikutilah Nabimu dalam soal keyakinan.”

Muaz bertanya kembali: “Tuan ini Rasulullah sedangkan saya ini hanya Muaz bin Jabal. Bagaimana saya dapat selamat dan dapat lepas dari bahaya tersebut?”

Sabda Rasulullah SAW: “Ya begitulah, kalau dalam amalanmu ada kelalaian maka tahanlah lidahmu jangan sampai memburukkan orang lain. Ingatlah dirimu sendiri pun penuh dengan aib, maka janganlah mengangkat diri dan menekan orang lain.

Jangan riya’ dengan amal supaya amal itu diketahui orang.

Jangan termasuk orang yang mementingkan dunia dengan melupakan Akhirat. Kamu jangan berbisik berdua ketika di sebelahmu ada orang lain yang tidak diajak berbisik.

Jangan takabur pada orang lain nanti luput amalanmu dunia danAkhirat dan jangan berkata kasar dalam suatu majlis dengan maksud supaya orang takut padamu.

Jangan mengungkit-ungkit apabila membuat kebaikan.

Jangan merobekkan peribadi orang lain dengan mulutmu, kelak engkau akan dirobek-robek oleh anjing-anjing jahanam.

Sebagaimana firman Allah yang bermaksud: ‘Di Neraka itu ada anjing-anjing perobek badan manusia’.

Muaz berkata: “Ya Rasulullah, siapa yang tahan menanggung penderitaan semacam itu?”

Jawab Rasulullah SAW: “Muaz, yang kami ceritakan itu akan mudah bagi mereka yang dimudahkan Allah SWT. Cukuplah untuk menghindar semua itu, kamu menyayangi orang lain sebagaimana kamu mengasihi dirimu sendiri dan benci apa yang berlaku kepada orang lain apa-apa yang dibenci oleh dirimu sendiri. Kalau begitu kamu akan selamat dan dirimu pasti akan terhindar.”

Amal ibadah akan tertolak percuma ibarat debu-debu berterbangan kalau keikhlasan hati tidak ada.

Berikut ini ada nasehat dari guru saya Abuya,sehingga setelah kita tahu bagaimana susahnya untuk ikhlas itu, nanti sampai kita akan berdoa kepada Tuhan ” ya Allah aku memohon kepadaMu, dengan rahmat dan kasih sayangMu ikhlaskan lah hatiku,aku sendiri tidak tahu keikhlasanku, hanya Engkaulah yang tahu apakah aku ikhlas atau tidak…”.

Dalam nasehat ini Abuya memberi 12 contoh tolok ukur apakah kita ikhlas atau tidak :

Ikhlas adalah roh ibadah
Tidak ada ikhlas ibadah tidak ada roh
Ibadah tidak ada roh ibadah yang mati
Kalau benda yang bernyawa tidak ada roh
Nyawa sudah tidak berguna
Artinya ibadah dan kebajikan yang tidak ikhlas (tidak ada rohnya) ibadah dan kebajikan itu tidak diterima

Biarlah ibadah dan kebajikan yang sedikit tapi murni (ikhlas) daripada banyak ikhlasnya tidak ada, tertolak semuanya
Oleh itu roh ibadah haruslah dijaga
Kerana ia penentu ibadah atau kebaikan kita ditolak atau diterima
Tidak mudah beribadah atau membuat kebaikan hendak ikhlas
Ikhlas artinya ia dibuat semata-mata kerana Allah Taala
Tidak ada sedikit pun kerana selain-Nya
Kalau ada ia dibuat kerana selain-Nya , ibadahnya atau kebaikannya tidak diterima

Tanda seseorang itu ikhlas atau tidak di antaranya:
1. Orang puji atau keji sama saja. dipuji hati tidak berbunga, dikeji hati tidak pula derita.
2. kalau dia rajin atau beribadah sama ada di waktu seorang atau di waktu ramai sama aja.
3. kerana rajin bekerja atau buat kebaikan, dia tidak marah kalau orang lain tidak menolongnya.
4. apabila letih bekerja tidak pula marah-marah dengan orang lain yang mengganggunya atau tidak buat kerja.
5. kalau dia membuat ibadah atau buat kerja, hatinya tidaklah pula berkata moga-moga ada orang melihat supaya ada orang memujinya
6. setiap kebaikan yang dia buat dia tidak suka orang lain melihatnya takut hatinya berbunga.
7. kalau dia dipuji susah hatinya, kalau di dikeji hatinya dapat menerimanya, hati kecilnya berkata, “aku hamba memanglah ada cacat celanya.”
8. dia membuat baik bukan kerana digesa-gesa, kemudian membuatnya kerana malu dengan manusia
9. dia membuat bukan kerana sudah kehendak masyarakat, kalau tidak dibuat apa kata orang pula.
10. kalau dia dipuji dia rajin atau buat, kalau dia dicaci dia tidak rajin atau tidak buat.
11. kebaikanya suka sangat hendak menyebut-nyebutnya supaya orang tahu.
12. di hadapan orang dia rajin, tertib dan berakhlak, jika seorang dia buat hendak cepat-cepat dan cincai-cincai.

Untuk kita dapat tahu kita ini ikhlas atau tidak atau kurang ikhlas padankan yang 12 tadi

semoga kita bisa...Aamiin....

13 Januari 2008

Hanya dengan pertolongan-Mu

Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. "Anakku," kata sang ibu sambil bercucuran air mata, "Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu." Si ibu terdiam, sejenak, "Aku tahu bahwa itu sakit anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat", kata ibunya dengan sendu dan lembut.

Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit terkadang masih terasa. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.

Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.

**********

Cerita di atas adalah sebuah paradigma yg menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk menjadikan "kerang biasa" menjadi "kerang luar biasa".

Karena itu dapat dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah "orang biasa" menjadi "orang luar biasa".

Banyak orang yang mundur saat berada di lorong transendental tersebut, karena mereka tidak tahan dengan cobaan yang mereka alami. Ada dua pilihan sebenarnya yang bisa mereka masuki: menjadi `kerang biasa' yang disantap orang atau menjadi `kerang yang menghasilkan mutiara'. Sayangnya, lebih banyak orang yang mengambil pilihan pertama, sehingga tidak mengherankan bila jumlah orang yang sukses lebih sedikit dari orang yang `biasa-biasa saja'.

Mungkin saat ini kita sedang mengalami penolakan, kekecewaan, patah hati, atau terluka karena orang-orang di sekitar kamu cobalah utk tetap tersenyum dan tetap berjalan di lorong tersebut, dan sambil katakan di dalam hatimu.. "Airmataku diperhitungkan Tuhan.. dan penderitaanku ini akan mengubah diriku menjadi mutiara." Semoga........

salam,
Agung S
Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. "Anakku," kata sang ibu sambil bercucuran air mata, "Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu." Si ibu terdiam, sejenak, "Aku tahu bahwa itu sakit anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat", kata ibunya dengan sendu dan lembut.

Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit terkadang masih terasa. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.

Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.

**********

Cerita di atas adalah sebuah paradigma yg menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk menjadikan "kerang biasa" menjadi "kerang luar biasa".

Karena itu dapat dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah "orang biasa" menjadi "orang luar biasa".

Banyak orang yang mundur saat berada di lorong transendental tersebut, karena mereka tidak tahan dengan cobaan yang mereka alami. Ada dua pilihan sebenarnya yang bisa mereka masuki: menjadi `kerang biasa' yang disantap orang atau menjadi `kerang yang menghasilkan mutiara'. Sayangnya, lebih banyak orang yang mengambil pilihan pertama, sehingga tidak mengherankan bila jumlah orang yang sukses lebih sedikit dari orang yang `biasa-biasa saja'.

Mungkin saat ini kita sedang mengalami penolakan, kekecewaan, patah hati, atau terluka karena orang-orang di sekitar kamu cobalah utk tetap tersenyum dan tetap berjalan di lorong tersebut, dan sambil katakan di dalam hatimu.. "Airmataku diperhitungkan Tuhan.. dan penderitaanku ini akan mengubah diriku menjadi mutiara." Semoga........

salam,
Agung S

lantunan doa

Dengan menyebut asma Allah ....
Yang Maha Pengasih dan Penyayang...
Segala Puji hanya bagi Allah .....
Seru sekalian alam....
Ya ALLAH tambahkanlah rohmat ta'dhim....
Kepada Junjungan kami...
Nabi Muhammad
Beserta keluarga Beliau

Ya ALLAH…
Seandainya telah Engkau takdirkan….
Dia bukan miliku…
Bawalah ia jauh dari pandanganku….
Luputkanlah ia dari ingatanku…
Dan peliharalah aku dari kekecewaan….

Serta Ya ALLAH Ya Tuhanku Yang Maha Mengerti….
Berikanlah aku kekuatan…
Melontar bayangannya jauh ke dada langit…
Hilang bersama senja nan merah..
Agarku bisa bahagia…
Walaupun tanpa bersama dengannya…

Dan Ya ALLAH yang tercinta…
Gantilah yang telah hilang….
Tumbuhkanlah kembali yang telah patah…
Walaupun tidak sama dengan dirinya…

Ya ALLAH Ya Tuhanku…
Pasrahkanlah aku dengan takdirmu…
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan…
Adalah yang terbaik buat ku….
Karena Engkau Maha Mengetahui…
Segala yang terbaik buat hamba-Mu ini…

Ya ALLAH…
Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku…
Di dunia dan di akhirat…
Dengarlah rintihan dari hamba-Mu yang dhoif ini…
Jangan Engkau biarkan aku sendirian…
Di dunia ini maupun di akhirat…
Menjuruskan aku ke arah kemaksiatan dan kemungkaran…

Maka karuniakanlah aku seorang pasangan yang beriman…
Supaya aku dan dia sama-sama dapat membina kesejahteraan hidup…
Ke jalan yang Engkau ridhoi…
Dan karuniakanlah padaku keturunan yang soleh….
Amiiinn Ya Rabbal ‘Alamiinn…