Ketika sedang melaksanakan amal soleh di hadapan orang kita berharap agar perbuatan itu bisa menjadi media dakwah atau ajakan untuk orang namun terlintas pula di hati keinginan untuk dipuji maupun riya, betapa sulitnya melakukan amal dengan hati yang betu betul ikhlas.
Dibawah ini adalah kisah yang diriwayatkan oleh Sayidina Muaz bin Jabal ketika berdialog dengan Rasulullah SAW. Dipetik dari kitab besar tasawuf “Pendidikan Rapat dengan Rohaniah Manusia” ( bahasa Melayu ) yang ditulis oleh Abuya Syeikh Imam Ashaari Muhammad At Tamimi.
Rasulullah SAW bersabda: “Puji syukur ke hadrat Allah SWT yang menghendaki agar makhluk-Nya menurut kehendak-Nya. Wahai Muaz!”
Jawabku: “Ya Saiyidil Mursalin.”
Sabda Rasulullah SAW: “Sekarang aku akan menceritakan kepadamu, bahwa apabila dihafalkan (diambil perhatian) olehmu akan berguna tetapi kalau dilupakan (tidak dipedulikan)olehmu maka kamu tidak akan mempunyai hujah di hadapan Allah kelak.
Hai Muaz, Allah itu menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Setiap langit ada seorang malaikat yang menjaga pintu langit dan tiap-tiap pintu langit dijaga oleh malaikat penjaga pintu menurut kadarnyapintu dan keagungannya. Malaikat yang memelihara amalan si hamba akan naik ke langit membawa amalan itu ke langit pertama.
Penjaga akan berkata kepada malaikat Hafazah: ‘Saya penjaga tukang umpat. Lemparkan balik amalan ini ke muka pemiliknya karena saya diperintahkan untuk tidak menerima amalan tukang umpat.’
Esoknya naik lagi malaikat Hafazah membawa amalan si hamba. Di langit kedua penjaga pintunya berkata: ‘Lemparkan balik amalan ini ke muka pemiliknya sebab dia beramal karena mengharapkan keduniaan. Allah memerintahkan supaya ditahan amalan ini jangan sampai lepas ke langit yang lain.’
Kemudian naik lagi malaikat Hafazah ke langit ketiga membawa amalan yang sungguh indah. Penjaga langit berkata:‘Lemparkan balik amalan ini ke muka pemiliknya karena dia
seorang yang sombong’.”
Rasulullah SAW meneruskan sabdanya: “Berikutnya malaikat Hafazah membawa lagi amalan si hamba ke langit keempat.Lalu penjaga langit itu berkata: ‘Lemparkan balik amalan ini ke muka empunyanya. Dia seorang yang ujub. Allah memerintahkan aku menahan amalan yang ujub.’
Seterusnya amalan si hamba yang lulus di langit kelima dalam keadaan bercahaya-cahaya dengan jihad, haji, umrah dan lain-lain tetapi di pintu langit kelima penjaganya berkata: ‘Ini adalah amalan tukang hasad. Dia sangat benci pada nikmat yang Allah berikan pada hamba-Nya yang lain. Dia tidak redha dengan kehendak Allah. Sebab itu Allah perintahkan amalannya dilemparkan balik ke mukanya. Allah tidak terima amalan pendengki dan hasad.’
Di langit keenam, penjaga pintu akan berkata: ‘Saya penjaga rahmat. Saya diperintahkan untuk melemparkan balik amalan yang indah ini ke muka pemiliknya karena dia tidak pernah mengasihi orang lain. Kalau orang mendapat musibah dia merasa senang. Sebab itu amalan ini jangan melintasi langit ini.’
Malaikat Hafazah naik lagi membawa amalan si hamba yang lepas hingga langit ketujuh. Rupa cahayanya bagaikankilat dan suaranya bergemuruh. Di antara amalan itu ialah sembahyang, puasa, sedekah, jihad, warak dan lain-lain lagi.Tetapi penjaga pintu langit berkata: ‘Saya ini penjaga sum’ah (ingin masyhur). Sesungguhnya si pengamal ini ingin masyhur dalam kumpulan-kumpulan dan selalu ingin tinggi di saat berkumpul dengan kawan-kawan yang sebaya dan ingin mendapat pengaruh dari para pemimpin. Allah memerintahkan padaku agar amalan ini jangan melintasiku. Tiap-tiap amalan yang tidak bersih karena Allah maka i tulah riya’. Allah tidak akan menerima dan mengkabulkan orang-orang yang riya’.’
Kemudian malaikat Hafazah itu naik lagi dengan membawa amal hamba yakni sembahyang, puasa, zakat, haji, umrah,akhlak yang baik dan pendiam, zikir pada Allah, diiringi malaikat ke langit ketujuh hingga sampai melintasi hijab-hijab dan sampailah ke hadrat Allah SWT. Semua malaikat berdiri di hadapan Allah dan semua menyaksikan amalan itu sebagai amalan soleh yang betul-betul ikhlas untuk Allah.
Tetapi firman Tuhan: ‘Hafazah sekalian, pencatat amal hamba-Ku, Aku adalah pengintip hatinya dan Aku lebih mengetahui apa yang dimaksudkan oleh hamba-Ku ini dengan amalannya. Dia tidak ikhlas pada-Ku dengan amalannya. Dia menipu orang lain, menipu kamu (malaikat Hafazah) tetapi
tidak boleh menipu Aku. Aku adalah Maha Mengetahui. Aku melihat segala isi hati dan tidak akan terlindung bagi-Ku apasaja yang terlindung. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah terjadi adalah sama dengan pengetahuan-Ku atas apa yang bakal terjadi. Pengetahuan-Ku atas orang yang terdahulu adalah sama dengan pengetahuan-Ku atas orang-orang yang datang kemudian. Kalau begitu bagaimana hamba-Ku ini menipu Aku dengan amalannya? Laknat-Ku tetap padanya.’
Dan ketujuh-tujuh malaikat beserta 3000 malaikat yang mengiringinya pun berkata: ‘Ya Tuhan, dengan demikian tetaplah laknat-Mu dan laknat kami sekalian bagi mereka.’ Dan semua yang di langit turut berkata: ‘Tetaplah laknat Allah kepadanya dan laknat orang yang melaknat’.”
Sayidina Muaz kemudian menangis terisak-isak dan berkata: “Ya Rasulullah, bagaimana aku dapat selamat dari apa yang diceritakan ini?”
Sabda Rasulullah SAW: “Hai Muaz, ikutilah Nabimu dalam soal keyakinan.”
Muaz bertanya kembali: “Tuan ini Rasulullah sedangkan saya ini hanya Muaz bin Jabal. Bagaimana saya dapat selamat dan dapat lepas dari bahaya tersebut?”
Sabda Rasulullah SAW: “Ya begitulah, kalau dalam amalanmu ada kelalaian maka tahanlah lidahmu jangan sampai memburukkan orang lain. Ingatlah dirimu sendiri pun penuh dengan aib, maka janganlah mengangkat diri dan menekan orang lain.
Jangan riya’ dengan amal supaya amal itu diketahui orang.
Jangan termasuk orang yang mementingkan dunia dengan melupakan Akhirat. Kamu jangan berbisik berdua ketika di sebelahmu ada orang lain yang tidak diajak berbisik.
Jangan takabur pada orang lain nanti luput amalanmu dunia danAkhirat dan jangan berkata kasar dalam suatu majlis dengan maksud supaya orang takut padamu.
Jangan mengungkit-ungkit apabila membuat kebaikan.
Jangan merobekkan peribadi orang lain dengan mulutmu, kelak engkau akan dirobek-robek oleh anjing-anjing jahanam.
Sebagaimana firman Allah yang bermaksud: ‘Di Neraka itu ada anjing-anjing perobek badan manusia’.
Muaz berkata: “Ya Rasulullah, siapa yang tahan menanggung penderitaan semacam itu?”
Jawab Rasulullah SAW: “Muaz, yang kami ceritakan itu akan mudah bagi mereka yang dimudahkan Allah SWT. Cukuplah untuk menghindar semua itu, kamu menyayangi orang lain sebagaimana kamu mengasihi dirimu sendiri dan benci apa yang berlaku kepada orang lain apa-apa yang dibenci oleh dirimu sendiri. Kalau begitu kamu akan selamat dan dirimu pasti akan terhindar.”
Amal ibadah akan tertolak percuma ibarat debu-debu berterbangan kalau keikhlasan hati tidak ada.
Berikut ini ada nasehat dari guru saya Abuya,sehingga setelah kita tahu bagaimana susahnya untuk ikhlas itu, nanti sampai kita akan berdoa kepada Tuhan ” ya Allah aku memohon kepadaMu, dengan rahmat dan kasih sayangMu ikhlaskan lah hatiku,aku sendiri tidak tahu keikhlasanku, hanya Engkaulah yang tahu apakah aku ikhlas atau tidak…”.
Dalam nasehat ini Abuya memberi 12 contoh tolok ukur apakah kita ikhlas atau tidak :
Ikhlas adalah roh ibadah
Tidak ada ikhlas ibadah tidak ada roh
Ibadah tidak ada roh ibadah yang mati
Kalau benda yang bernyawa tidak ada roh
Nyawa sudah tidak berguna
Artinya ibadah dan kebajikan yang tidak ikhlas (tidak ada rohnya) ibadah dan kebajikan itu tidak diterima
Biarlah ibadah dan kebajikan yang sedikit tapi murni (ikhlas) daripada banyak ikhlasnya tidak ada, tertolak semuanya
Oleh itu roh ibadah haruslah dijaga
Kerana ia penentu ibadah atau kebaikan kita ditolak atau diterima
Tidak mudah beribadah atau membuat kebaikan hendak ikhlas
Ikhlas artinya ia dibuat semata-mata kerana Allah Taala
Tidak ada sedikit pun kerana selain-Nya
Kalau ada ia dibuat kerana selain-Nya , ibadahnya atau kebaikannya tidak diterima
Tanda seseorang itu ikhlas atau tidak di antaranya:
1. Orang puji atau keji sama saja. dipuji hati tidak berbunga, dikeji hati tidak pula derita.
2. kalau dia rajin atau beribadah sama ada di waktu seorang atau di waktu ramai sama aja.
3. kerana rajin bekerja atau buat kebaikan, dia tidak marah kalau orang lain tidak menolongnya.
4. apabila letih bekerja tidak pula marah-marah dengan orang lain yang mengganggunya atau tidak buat kerja.
5. kalau dia membuat ibadah atau buat kerja, hatinya tidaklah pula berkata moga-moga ada orang melihat supaya ada orang memujinya
6. setiap kebaikan yang dia buat dia tidak suka orang lain melihatnya takut hatinya berbunga.
7. kalau dia dipuji susah hatinya, kalau di dikeji hatinya dapat menerimanya, hati kecilnya berkata, “aku hamba memanglah ada cacat celanya.”
8. dia membuat baik bukan kerana digesa-gesa, kemudian membuatnya kerana malu dengan manusia
9. dia membuat bukan kerana sudah kehendak masyarakat, kalau tidak dibuat apa kata orang pula.
10. kalau dia dipuji dia rajin atau buat, kalau dia dicaci dia tidak rajin atau tidak buat.
11. kebaikanya suka sangat hendak menyebut-nyebutnya supaya orang tahu.
12. di hadapan orang dia rajin, tertib dan berakhlak, jika seorang dia buat hendak cepat-cepat dan cincai-cincai.
Untuk kita dapat tahu kita ini ikhlas atau tidak atau kurang ikhlas padankan yang 12 tadi
semoga kita bisa...Aamiin....